Tijjani Reijnders, gelandang berbakat AC Milan, bukan sekadar nama yang menghiasi daftar pemain klub raksasa Italia itu. Di balik jersey merah-hitam yang ia kenakan, mengalir darah nusantara yang membentuk identitas uniknya. Lewat sebuah wawancara dengan Milan TV, pemain berusia 26 tahun itu membuka cerita tentang akar budayanya yang begitu kaya.
“Ibu saya orang Indonesia dan ayah saya orang Belanda. Saya dan saudara saya adalah campuran. Putra saya Xavién adalah perpaduan yang luar biasa karena istri saya berasal dari Irak,” ujar Tijjani, seperti dikutip dari Calciomercato.
Dari sang ibu, Angelina Lekatompessy, yang berasal dari Maluku, hingga ayahnya, Martin Reijnders, seorang mantan pesepakbola Belanda, Tijjani tumbuh dalam keberagaman budaya. “Sebagai seorang anak, saya punya pengaruh Indonesia dan Belanda yang membentuk saya menjadi seperti sekarang ini. Dari budaya Belanda, saya belajar untuk tetap membumi, dan dari sisi Indonesia, saya belajar untuk sangat bangga dengan apa yang Anda lakukan dan capai,” tambahnya.
Namun, perjalanan Tijjani menuju panggung sepak bola internasional ternyata tidak membawa dirinya ke Timnas Indonesia, meski PSSI sempat meliriknya. Dengan segala potensi yang ia miliki, ia memilih membela Timnas Belanda. Sebuah keputusan yang mungkin mengecewakan bagi para penggemar sepak bola tanah air. Meski begitu, kabar baiknya adalah adiknya, Eliano Reijnders, memutuskan untuk membela Garuda dan sudah menjalani debutnya.
Cerita Tijjani adalah refleksi dari bagaimana budaya dan warisan keluarga bisa membentuk karakter seseorang. Di balik statusnya sebagai salah satu pemain top dunia, ia tetap mengingat akarnya. Ini adalah pengingat bagi generasi milenial dan Gen Z bahwa siapa kita bukan hanya ditentukan oleh tempat kita berada, tetapi juga oleh tempat asal kita. Jadi, kalau Tijjani saja bisa bangga dengan darah nusantaranya, kenapa kita tidak?.